MAKALAH
KENAKALAN REMAJA
TUGAS BIMBINGAN
KONSELING
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat , karunia dan hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya
tugas karya tulis ini dapat terselesaikan.Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas karya tulis yang diberi judul “Kenakalan
Remaja” ini ialah suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja
sama kelompok dimana tugas ini merupakan prasyarat dari aspek penilaian mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam penyelesain karya tulis ini , penulis
banyak mengalami kesulitan , terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya
informasi yang didapatkan penulis karena hanya mengandalkan pengamatan
dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun karya tulis.Pada akhirnya karya
tulis ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusunan karya tulis ini tak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Nama guru
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua , amin.
Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini
masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun , penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas karya
tulis ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………..……....... ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………….…… iii
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………………… 1
1.1 LatarBelakang Masalah …….………………………..…….................. 1
1.2 Ruang Lingkup Masalah ……… …………………….......................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………….......................... 1
1.4 Metoda Penulisan…………………………………….......................... 1
BAB II. Pembahasan dan Isi ………………………………………………………… 2
BAB III. Penutup
……………………………………………………………………. 5
Kesimpulan ……………………………………………………............... .. 5
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 6
Kesimpulan ……………………………………………………............... .. 5
Daftar Pustaka …………………………………………………………… 6
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses
penerangan yang memungkinkan tersentuhnya pengembangan daya untuk mengetahui
kemudian membentuk sikap tanggung jawab kepada diri sendiri, lingkungan
masyarakat, dan Dzat Pencipta, yang dalam kelanjutannya melahirkan kemampuan
untuk melakukan sesuatu dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
dirinya dan masyarakatnya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
Keadaan seperti itu, tidak terjadi
dikarenakan suatu proses yang lahir dari rencana rinci yang tersusun dalam
suatu silabus yang mencerminkan ruang lingkup, susunan, tingkat materi, atau
teknik belajar mengarang demi tercapainya tujuan yang telah dirumuskan secara
normatif, melainkan merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya interaksi
sosial yang mempengaruhi.
Interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua pihak manusia atau lebih, yang salah satu pihaknya
mempengaruhi, bahkan mengubah perilaku yang lain, baik yang terjadi antar
individu, antar kelompok, antar kelompok masyarakat dengan seseorang atau
sebaliknya.
Proses interaksi sosial dapat
terjadi karena adanya keinginan untuk percaya dan dapat pula terjadi
dikarenakan oleh proses imitasi atau peniruan seseorang yang menjadi tipe
idealnya, baik dalam perilaku ucapan maupun tindakan. Dalam hal ini, orang tua
berada dalam posisi yang sangat penting dipandang dari anaknya sebab proses
pengimitasian ini dapat terjadi pertama kali dalam lingkungan keluarga.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Dikarenakan keluarga memiliki
peranan yang sangat penting dalam pandangan anak, maka ruang lingkup
permasalahan makalah ini meliputi hal sebagai berikut:
1.2.1
Mengapa pendidikan Islam itu sangat penting?
1.2.2
Mengapa penanamannya harus diawali dari keluarga?
1.2.3
Bagaimanakah cara penerapannya?
1.2.4
Dampak apakah yang dapat ditimbulkan, apabila pendidikan Islam tidak ditanamkan
dalam keluarga?
1.3 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya penulisan ini bertujuan
untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul seperti yang telah
disebutkan dalam ruang lingkup permasalahan.
1.4 Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah metoda kepustakaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Secara umum, pendidikan adalah suatu
kegiatan yang merubah dan membentuk individu menjadi bercorak diri (memiliki
kepribadian/ personality) yang bernilai tinggi. Kepribadian yang tertinggi ini
tergantung pada filsafat hidup yang dianjut yang dijadikan landasan tujuan
pendidikan itu sendiri.
Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang bertujuan membentuk individu menjadi seseorang yang bercorak diri atau
yang memiliki kepribadian yang berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT. Isi
dari pendidikan Islam tersebut adalah ajaran Allah yang tercantum dengan
lengkap dalam Al-Qur’an, yang pelaksanaannya ke dalam praktek kehidupan
sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Muhammad Rosulullah. Manusia yang
paling tinggi derajat nilai dirinya dalam penilaian Allah adalah manusia yang
paling taqwa. Hal ini terdapat dalam Q.S Al-Hujurat: 13, yang berbunyi:
“Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa”.
Sedangkan ciri-ciri orang yang taqwa
itu terdapat dalam Q.S Al-Lail ayat 17:20.
Selain dapat membentuk akal anak
didik menjadi cakap mengenai kebenaran yang terdapat di dalam ajaran Allah yang
tercantum lengkap dalam Al-Qur’an. Pendidikan Islam juga dapat membentuk anak
didik menjadi cakap dalam mencanri dan menemukan kebenaran yang terkandung di
dalam gejala-gejala dan fakta-fakta di alam semesta ini. Dengan perkataan lain,
Pendidikan Islam dapat membentuk rasa anak didik menjadi halus dan tajam
sehingga ia mampu mencintai Allah yang Ghaib dan merasa takut mendapat azab
Allah, memiliki rasa rela untuk mengorbankan apa saja yang dimilikinya untuk
keperluan perjuangan menegakkan agama Allah serta merasa bertanggung jawab
untuk mengangkat hidup kaum atau orang yang melarat, fakir miskin dan anak-anak
yatim. Rasa bertanggung jawab ini muncul karena adanya keinginan dari hati anak
didik itu sendiri untuk menegakkan dan membela ajaran Allah, sehingga anak
didik akan menjadi kuat dan keras (tidak dapat bergeser sedikitpun) dalam
mempertahankan kebenaran yang telah digariskan oleh Allah meskipun ia dilanda
oleh berbagai macam bentuk tantangan dan penderitaan.
Dari penjelasan di atas, maka
jelaslah bahwa pendidikan Islam itu sangat penting, sebag pendidikan Islam
tidak hanya tertuju pada pembentukan akal saja, melainkan tertuju kepda setiap
bagian juwa sehingga setiap bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar menurut ukuran Allah SWT dan sebagaimana yang dikehendaki
oleh-Nya.
Mengingat pentingnya Pendidikan
Islam, rasanya sangat baik apabila Pendidikan Islam itu ditanamkan sejak dini,
agar kelak dapat tumbuh dan terbentuk Sumber Daya Insani yang benar-benar
berkualitas. Penanaman Pendidikan Islam sejak dini ini dapat diawali dari
penanaman Pendidikan Islam di dalam keluarga.
Keluarga adalah lingkunga sosial
yang pertama yang dikenal oleh individu sejak lahir. Ayah, ibu dan anggota
keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan
dengan individu. Sosialisasi yang dialami individu secara insentif berlansung
dalam keluarga. Pengenalan nilai agama, norma dan kebiasaan pertama kali
diterima oleh individu berasal dari keluarga. Pengaruh sosialisasi dan
enkulturisasi yang berasal dari keluarga sangat besar bagi pembentukan dan
perkembangan keperibadian individu.
Karena pengaruh keluarga terhadap
individu sangat besar peranannya, maka kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
positif maupun yang negatif yang telah berlangsung lama dan terbuka dalam
lingkungan keluarga dapat tertanam secara kuat pada kepribadian seseorang.
Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
penanaman Pendidikan Islam dalam keluaraga, sehingga Pendidikan Islam itu dapat
melekat pada individu yang bersangkutan.
Keluarga dan rumah merupakan
pelabuhan yang aman dan tambatan yang kokoh bagi setiap anggota keluarga (ayah,
ibu dan akan). Keluarga merupakan suatu basis, dimana secara teratur dan
harmonis seluruh keluarga berkumpul untuk berkomunikasi dan berbincang-bincang
mengenai hal-hal yang menggembirakan maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dan dialami oleh anggota keluarga.
Pada hakekatnya, di dalam keluarga
inilah sendi-sendi dan tradisi (adat, turunan, pandangan hidup, tingkah laku
dan umumnya nilai-nilai tradisional kebudayaan) diturunkan dari ayah dan
ibu kepada anak-anaknya yang bersumberkan pada perbendaharaan pengalaman hidup
yang ada pada ayah dan ibu.
Stempel yang utama daripada corak
perliku anak di kemudian hari dan kemampuannya untuk menghadapi
persoalan-persoalan hidup di kemudian hari, diletakkan di dalam rumah oleh
ayah-ibunya sendiri, meskipun bekal-bekal anak itu kelak akan mengalami
perkembangan selanjutnya yang dipengaruhi oleh pendidikan di sekolah dan
pengaruh interaksi di dalam lingkungan hidupnya.
Keamanan dan perlindungan yang
anak-anak rasakan terdapat di dalam keluarganya, akan memberikan pula kepadanya
kepercayaan pada diri sendiri, di dalam menghadapi berbagai persoalah hidupnya.
Ayah dan ibu adalah orang-orang yang pertama yang diharapkan anak-anak untuk
memberikan bantuan dan petunjuk-petunjuknya atau nasehat-nasehatnya di dalam
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya.
Ayah dan ibu merupakan pembimbing
serta pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW:
“Tiap-tiap anak dilahirkan dalam
fitrah yang suci sampai ia bisa berkata-kata, maka ibu bapaknyalah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi”
Seorang ayah, bagi seorang anak
adalah lambang dan contoh kepemimpinan, kekuatan dan kebijaksanaan. Sendangkan
ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan dedikasi.
Corang hubungan diantara ayah dan
ibu dapat menentukan suasana dalam rumah, sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
watak anak-anaknya. Jika hubungan itu baik maka suasananya pun akan baik dan
sebaliknya jika hubungannya buruk maka suasananya akan buruk pula.
Pendidikan anak-anak adalah tanggung
jawab penuh orang tua. Ibu dan ayah harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam
pembentukan rohani. Anak-anak dalam pembentukan rohani, anak-anak suka meniru
perbuatan orang tuanya. Tak mungkin orang tuanya mendidik anaknya menjadi
manusia yang jujur, sedangkan mereka sendiri sering berjudi, mencuri dan
berlaku curang.
Tugas orang tua adalam membimbing,
memberi petunjuk dan mencarikan suasana dan sarana yang sebaik-baiknya bagi
perkembangan anak ke arah yang positif dan berusaha memberikan latihan-latihan
dan nasehat-nasehat bagi si anak untuk dapat menjauhkan sifat-sifat dan
nalurinya yang kurang baik atau pengaruh lingkungan yang buruk sehingga secara
lambat laun akhirnya anak dapat terlatih dengan kehidupan yang dilandasi oleh
pendidikan agama.
Pendidikan agama, dengan sendi
utamanya tauhid, harus diletakkan sebagai pondasi yang melandasi jiwa anak.
Meng-Esa-kan Allah, yang berarti menempatkan harapan pertama serta terakhir
hanya kepada Allah SWT akan membentuk rasa percaya kepada diri sendiri, yang
merupakan unsur yang paling penting dalam menjalani realita kehidupan. Hal ini
diperjelas dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2: 112 yang berbunyi:
“Wahai, siapa yang menundukkan
wajahnya kehadapan Allah serta berbuat baik, kepada-Nya tuhan menganugerahkan
pahala, serta menghindarkannya dari rasa takut dan cemas”.
Mengingat pentingnya pengaruh
peranan orang tua di dalam keluarga terhadap anak-anaknya. Jadi orang tua harus
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, mereka harus berusaha untuk mengenal
watak putra putrinya dan lingkungan tempat pergaulannya serta harus benar-benar
menanamkan rasa tauhid sehingga kelak anak-anak tersebut dapat menjadi insan
yang berkualitas, menjadi manusia yang berguna baik bagi dirinya sendiri, orang
tua, agama, keluarga, bangsa dan negara.
Apabila pendidikan Islam tidak dimulai
sejak dini, maka dapat timbul berbagai dampak negatif yang terjadi di dalam
masyarakat. Dampak negatif yang timbul akibat kurangnya penanaman pendidikan
Islam dalam keluarga yang merupakan pendidikan dasar mental manusia banyak
sekali buktinya, seperti halnya: pada sekarang ini, banyak manusia yang
memiliki kecerdasan yang luar biasa, kepintaran yang sangat mengagumkan,
wawasan yang luas sehingga dapat menciptakan ilmu pengetahuan baru dan
teknologi yang berkembang. Akan tetapi sangat disesalkan, tidak sedikit
diantara mereka itu yang buta mengenai agama, tidak memiliki akhlak yang baik,
moral yang buruk, yang kadang-kadang rasa kemanusiannya pun hampir pudar. Hal
ini menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan di dalam lingkungan
masyarakat sebagai contohnya, merebaknya pengedaran dan penggunaan narkoba
serta meningkatnya tindak kriminal.
Hal tersebut di atas disebabkan
karena kehidupan di dalam keluarga sudah tidak sesuai dengan fungsinya lagi,
bahkan pada beberapa keluarga, terdapat kecenderungan merosotnya wibawa orang
tua terhadap anak-anaknya. Dengan sendirinya peranan orang tua dalam keluarga
kian memudar. Hal ini pun antara lain disebabkan oleh kesibukan orang tua di
luar rumah sehingga hubungan orang tua dengan anak menjadi kurang mendalam. Jangankan
untuk menananmkan pendidikan agama pada anak, bertemu dengan anak pun sangat
jarang dan sangat sulit untuk berkomunikasi, sehingga banyak anak yang lebih
menyukai memilih dunia khayalan seperti yang diberikan oleh obat-obatan
terlanga misalnya, untuk menghadapi realita kesulita-kesulitan hidupnya,
daripada meminta nasehat atau gambaran dan mendengarkan perkataan orang tuanya.
Mereka tidak berani menghadapi kenyataan-kenyataan yang terjadi, mereka
berusaha mencari penyelesaian riil yang tetap tetapi mereka bersembunyi ke
dalam dunia indah khayalan yang bersifat sekejap saja.
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam kehidupan, pendidikan Islam
itu sangat diperlukan. Hal tersebut dikarenakan selain membentuk akal manusia
menjadi mampu membongkar kebenaran yang terpendam di dalam fakta-fakata yang
terdapat di alam semesta, pendidikan Islam pun dapat membentuk akal manusia
menjadi cakap dalam mengenali kebenaran yang terdapat di dalam ajaran Allah
SWT.
Tempat yang pertama yang harus
dijadikan wadah penanaman pendidikan Islam adalah keluarga.
Keluarga adalah merupakan basis
kekuatan masyarakat, karena masyarakat merupakan kumpulan dari
keluarga-keluarga, dan keluarga laksana sel-sel yang membentuk tubuh. Apabila
keluarga baik niscaya masyarakat menjadi baik, dan sebaliknya apabila keluarga
rusak, maka masyarakat pun akan rusak.
Oleh karena itu kiranya sangat
penting apabila pendidikan Islam ditanamkan sejak dini dengan diawali dari
lingkungan keluarga, sebab keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang
berpengaruh dalam menciptakan baik dan buruknya atau berkualitas atau tidaknya
Sumber Daya Insani baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Karena keluarga merupakan basis
kemajuan atau kemunduran Sumber Daya Insani, maka diharapkan keluarga dapat
berperan sebagaimana fungsinya, termasuk anggota keluarga yang ada di dalamnya
baik ayah, ibu, maupun anggota keluarga lainnya harus dapat menjalankan
tugasnya masing-masing sebagaimana peranan yang harus dilaksanakannya.
Apabila hal tersebut di atas
terlaksana, maka Insya Allah keluarga tersebut dapat menjadi keluarga yang
harmonis, keluarga yang sakinah, mawadah warahmah. Dengan dilatarbelakangi oleh
keluarga seperti ini, maka keluarga tersebut dapat menciptakan benih-benih
insan yang berkualitas di dalam masyarakat sesuai dengan apa yang
dicita-citakan dan yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
D.A Trisna Amidjaja, Prof. Dr., Iman
Ilmu dan Amal, Rajawali, Jakarta, 1986.
Jusuf Amir Feisal, Prof. Dr., Re
Orientasi Pendidikan Islam. Gema Insani Press, Jakarta, 1995.
Burlian Somad, Drs., Beberapa
Persoalan Dalam Dunia Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1981.
Panduan Tutorial DKM Al-Furqon IKIP
Bandung, 1998.
Panduan Belajar Antropologi, Yudistira, 1996.
No comments:
Post a Comment